Gereja Sahabat di Indonesia mengecam dan prihatin atas kekerasan di Sigi Sulawesi Tengah

Ketua Umum Gereja Sahabat di Indonesia Pdt Dr Misterlian Tomana MTh mengecam keras dan sangat prihatin atas kekerasan yang terjadi di Sigi Sulawesi Tengah, hal itu disampaikan pada minggu pagi 29 November 2020 selesai meresmikan Jemaat GSI Koinonia Jakarta Utara menjadi Jemaat Dewasa. Aksi teror dan ekstremisme-kekerasan terjadi di Sulawesi Tengah. Tepatnya, di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Empat warga dalam satu keluarga dibunuh secara sadis. Selain itu, satu rumah ibadah Bala Keselamatan dan enam rumah dibakar. Untuk mengantisipasi terjadinya serangan lanjutan, ratusan warga diungsikan ke tempat yang lebih aman di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah .
Atas nama Sinode Gereja Sahabat di Indonesia menyampaikan Kecaman keras terhadap pelaku teror dan prihatin yang mendalam serta mendoakan kepada Keluarga yang menjadi Korban dan berbelarasa kepada Gereja Bala Keselamatan . Pdt Tomana menambahkan bahwa peristiwa ini tidak perlu terjadi di bumi Pancasila ini. Pdt Tomana yang juga Tokoh Masyarakat Sulawesi Tengah merasa sedih terhadap peristiwa di Lemban Tongoa.

Gereja Sahabat di Indonesia yang adalah Sinode angggota PGI dan memiliki beberapa Jemaat di Sulawesi Tengah mengecam atas kejahatan sadis para pelaku tindakan teror terhadap pembakaran Pos Pelayanan luar Gereja Bala Keselamatan (BK) di Lewonu, pembakaran rumah Jemaat dan serangan yang mengakibatkan korban jiwa, serta menimbulkan keresahan masyarakat. Sinode Gereja Sahabat meminta aparat keamanan (TNI & Polri) serta Pemerintah Daerah memberikan rasa aman dan perlindungan kepada seluruh lapisan masyarakat berlandaskan nilai-nilai Pancasila.

Pdt Tomana Selaku Ketua Sinode Gereja Sahabat di Indonesia mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas serta mengungkap motif dan aktor dibalik para pelaku. Hal ini untuk mencegah terjadinya aksi-aksi serupa di masa yang akan datang. Aksi tersebut merupakan bentuk terorisme yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang Berbihineka Tunggal Ika.

Selanjutnya Pdt Tomana mengajak lapisan masyarakat untuk berani mencegah aksi-aksi kekerasan. Warga masyarakat jangan mau diadu domba oleh kelompok-kelompok yang ingin merongrong Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kita harus terlibat aktif memutus mata rantai kekerasan dan intoleransi, serta senantiasa taat kepada peraturan perundang-undangan yang ada ujar Pdt Tomona dengan penuh semangat. ( Sapta Siagian )
Leave a Reply